Charge
controller adalah peralatan elektronik yang
digunakan untuk mengatur arus searah DC yang diisi ke baterai dan diambil dari
baterai ke beban. Charge controller
mengatur overcharging (kelebihan pengisian
karena baterai sudah penuh) dan kelebihan tegangan (voltase) dari panel surya.
Kelebihan voltase dari pengisian akan mengurangi umur baterai.
Charge
controller menerapkan teknologi Pulse Width Modulation (PWM) untuk
mengatur fungsi pengisian baterai dan pembebasan arus dari baterai ke beban.
Panel surya 12 volt umumnya memiliki tegangan output 16-21 volt. Jadi tanpa charge
controller, baterai akan rusak oleh overcharging
dan ketidakstabilan tegangan. Baterai umumnya diisi pada tegangan 14-14,7 volt.
Fungsi dari charge controller adalah
mengatur arus untuk pengisian ke baterai agar tidak overcharging dan overvoltage,
mengatur arus yang dibebaskan/diambil dari baterai agar baterai tidak full discharge dan overloading, dan monitoring temperatur baterai.
Bila baterai sudah penuh terisi
maka secara otomatis pengisian arus dari panel sel surya berhenti. Cara deteksi
adalah melalui monitor level tegangan baterai. Charge controller akan mengisi baterai sampai level tegangan
tertentu, kemudian apabila level tegangan drop, maka baterai akan diisi
kembali.
Charge
controller biasanya terdiri dari satu input (dua terminal) yang terhubung
dengan output panel sel surya, satu output (dua terminal) yang terhubung
dengan baterai/aki dan satu output
(dua terminal) yang terhubung dengan beban. Arus listrik DC yang berasal dari
baterai tidak mungkin masuk ke panel surya karena biasanya ada diode protection yang hanya melewatkan arus
listrik DC dari panel surya ke baterai, bukan sebaliknya. Ada beberapa nilai
yang harus diperhatikan dalam merancang charge
controller diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Voltage Regulation (VR) set point
VR
set point didefinisikan sebagai batas tegangan maksimum baterai yang
diperbolehkan pada saat pengisian untuk menghindari kelebihan pengisian. ketika
kontroler sudah mendeteksi tegangan baterai mencapai titik VR ini, maka kontroler
akan memutuskan koneksi pengisian dari panel surya.
2. Array Reconnect Voltage (ARV) set point
Ketika
kontroler sudah mendeteksi VR set point, maka kontroler akan memutuskan koneksi
pengisian dari panel surya. pada saat tersebut level tegangan baterai akan
turun (level tegangan baterai turun diakibatkan oleh sejumlah pemakaian pada
beban atau pun disebabkan oleh self
discharge baterai itu sendiri) hingga mencapai level tegangan tertentu, dimana
pada level tegangan tersebut kontroler akan menghubungkan kembali koneksi
pengisian, level tegangan beterai ini disebut Array Reconnect Voltage set point.
3. Voltage Regulation Hysteresis (VRH)
Selisih
tegangan antara voltage regulation
dengan ARV dikenal sebagai voltage
regulation hysteresis. Nilai VRH merupakan faktor yang penting dalam sistem
kontrol on-off. Jika histeresisnya terlalu besar, maka baterai akan terputus
dari panel surya untuk waktu yang lama dan menyebabkan baterai tidak
benar-benar penuh terisi dan jika histeresisnya terlalu kecil, dapat
menyebabkan kerusakan pada kontroler jika menggunakan komponen elektro
mekanikal komponen seperti relay untuk switching-nya. Pada
umumnya, besar nilai histeresis yang digunakan pada beberapa produk charger
kontrol on-off berkisar antara 0,4 hingga 1,4 volt untuk sistem tegangan
baterai 12Volt.
4. Low Voltage Load Disconnect (LVD) set point
Pada
saat baterai berada pada kondisi pengosongan, level tegangan baterai akan turun
hingga mencapai titik tertentu, dimana pada titik tersebut baterai sudah tidak
diperbolehkan untuk dilakukan pengosongan lagi. Pada level tersebut kontroler
akan memutuskan hubungan dengan beban. Level tegangan baterai pada kondisi ini
dikenal sebagai Low Voltage Load
Disconnect set point atau lebih dikenal LVD.
5. Load Reconnect Voltage (LRV) set point
Pada
saat level tegangan baterai telah mencapai level LVD dan kondisi panel surya
dapat melakukan pengisian, maka kontroler akan melakukan pengisian sehingga
level tegangan baterai pun akan naik. pada saat level tegangan baterai telah
mencapai suatu titik tertentu kontroler akan menghubungkan kembali beban. Pada
titik inilah dinamakan sebagai Load
Reconnect Voltage atau LRV.
6. Low Voltage Load Disconnect Hysteresis (LVDH)
Beda
tegangan antara titik LRV dengan LVD dinamakan sebagai Low Voltage Load Disconnect Hysteresis. Histeresis
pada titik ini pun merupakan faktor yang penting. Jika histeresis
yang digunakan terlalu besar, umur baterai akan lebih panjang karena penggunaan
baterai akan berkurang (pengosongan berkurang), tetapi akan mengurangi jam
kebutuhan pengunaan beban. Sedangkan ketika histeresis
di-set
kecil, akan terjadi proses switching
yang cepat pada level tegangan baterai yang rendah, yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada lampu atau kontroler, dan memperpanjang waktu untuk baterai bisa
benar-benar penuh ketika pengisian.
Secara
garis besar sistem kerja dari kontrol on-off dapat diilustrasikan
sebagai berikut.
Gambar 1
Sistem Kerja Charge
Controller
Berdasarkan
dari cara kerja dalam proses switching
antara kontroler dengan panel surya, dapat dibagi menjadi dua jenis tipe
kontrol, yaitu:
1. Shunt Controller
Karena
sel surya
dirancang sebagai sumber arus dan didesain dengan batasan arus tertentu, maka sel
surya dapat dihubung singkatkan dengan aman. Karena
hal inilah yang menjadi dasar sistem kerja dari shunt controller. Bagan kerja secara umum dari shunt controller adalah sebagai berikut:
Gambar 2
Bagan Kerja Shunt
Controller
Dari gambar 2,
dapat dilihat pada bagian kiri gambar terdapat saklar untuk menghubung
singkatkan panel surya. sistem kerja dari shunt
controller ini adalah saklar
berada pada posisi off ketika proses pengisian baterai berlangsung, dan saklar
berada pada posisi on ketika kontroler menghentikan proses pengisian pada
baterai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam shunt controller ini adalah kemampuan
dari saklar yang digunakan terhadap arus maksimal panel dalam keadaan terhubung
singkat. Data arus panel surya dalam keadaan terhubung singkat
bisa kita dapatkan pada saat pembelian panel surya, yang biasanya disimbolkan
dengan Isc ( I short circuit).
2. Series Controller
Sesuai dengan namanya, tipe kontrol ini
menghubungkan saklar secara seri dengan panel surya, tidak seperti shunt yang dihubungkan secara paralel.
Tipe kontrol ini yang pada umumnya digunakan oleh beberapa produk solar charge controller. Secara umum
bagan kerja dari series controller
adalah sebagai berikut.
Gambar 3
Bagan Kerja Series
Controller
Secara umum kerja dari tipe
ini adalah pada saat kontroler melakukan pengisian maka saklar series element dihubungkan, begitu pula
sebaliknya jika kontroler ingin memutuskan koneksi antara panel surya dengan
baterai, maka saklar series element
diputuskan
Sumber:
Dunlop, P James. (1997). Batteries and Charge Control in Stand-Alone
Photovoltaic System Fundamentals and Application. Florida: Florida Solar
Energy Center.
sip. membantu kak.. :)
ReplyDeleteOk..
Deletethanks buat kunjungannya ^^
mantab mbak
ReplyDeletehehe...terima kasih sudah berkunjung :)
Deletemas mohon bantuannya untuk rangkaian listrik dari sistem charge controller ini, terima kasih
ReplyDeletesorry gan, rangkaian nya ada di laptop ane yg rusak jd gk bisa ane share.
DeleteKlo boleh tau charge controllernya dipake untuk apa?
Coba Ada Rangkaiannya wah Bagus Lagi ini, tpi ngga papalah setidakxa dari apa yg anda publikasikan sangat bermanfaat bagai pembaca, terimah kasih Mba
ReplyDelete